1 Samuel 30:1-6 1 Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga, orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag; Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis. 2 Perempuan-perempuan dan semua orang yang ada di sana, tua dan muda, telah ditawan mereka, dengan tidak membunuh seorang pun; mereka menggiring sekaliannya, kemudian meneruskan perjalanannya. 3 Ketika Daud dan orang-orangnya sampai ke kota itu, tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah ditawan. 4 Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis. 5 Juga kedua isteri Daud ditawan, yakni Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel itu. 6 Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya.
Kita sering membaca kisah Daud ini, tetapi hari ini kita ingin mempelajari lebih dalam dengan memposisian diri kita sebagai Daud. Ketika melihat Ziklag, Daud sendiripun pasti dalam keadaan yang sedih, tetapi dia juga mengalami rasa malu. Rumah yang terbakar mungkin membuatnya sedih, tetapi ada yang lebih dalam daripada itu, Daud yang kemana-mana perang selalu menang, dia mengalami tikaman rasa malu yang luar biasa – bagaimana tidak malu, markas besarnya di Ziklag diserbu oleh Amalek bahkan semuanya diangkut termasuk istrinya.
Daud dan tentaranya yang meninggalkan perkemahan untuk pergi bertempur tentunya tidak meninggalkan markasnya tanpa perlindungan dan penjagaan, saya yakin markas Daud diperlengkapi dengan pengamanan yang lengkap, artinya Daud meninggalkan basisnya dengan mantap dan rasa aman bahwa markasnya pasti tidak mampu menghadapi serangan. Tetapi ketika mereka pulang dengan kemenangan mereka menemukan basis mereka dihancurkan dan semua yang mereka miliki dirampas habis.
Sebenarnya yang dialami Daud ini bukanlah pertempuran di luar tetapi pertempuran di dalam dirinya. kita akan belajar bagaimana Daud menang dengan dirinya dan ini sesuai dengan Firman Tuhan yang berkata:
Amsal 16:32 Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.
Sama seperti ketika Petrus di tengah badai, Tuhan Yesus menghentikan badai yang ada, tetapi Yesus melanjutkan dengan berkata "Kenapa engkau takut?" Rupanya badai di luar sudah berhenti tetapi badai di dalam hati Petrus belum berhenti dan sebenarnya itulah badai yang lebih berbahaya.
Kita akan belajar dari Daud, untuk menjadi tenang dan kuat mengendalikan dirinya. Daud tidak membiarkan emosi dan perasaannya memimpin dia, seringkali kita tanpa sadari emosi memimpin kita, perasaan kita memimpin kita. Mood kita memimpin kita, bahkan ketika kita melihat sesuatu atau melakukan sesuatu, kita memakai tolak ukur "Senang atau Tidak Senang." Kalau saya senang, saya akan lakukan tetapi kalau saya tidak senang, maka tidak dilakukan.
Kalau kehidupan anda masih ditentukan oleh "Suka atau Tidak Suka" maka dalam menghadapi badai kehidupan anda pasti akan mudah sekali kalah. Anda seharusnya tidak hidup dari perasaan tapi kepercayaan kepada Tuhan. Sejujurnya hanya anak kecil saja yang boleh hidup dari perasaan, kalau minum obat harus yang rasanya manis, kalau ingin sesuatu harus yang warna-warni, semua yang ditujukan untuk anak-anak selalu ada unsur yang merangsang perasaan.
Kedewasaan adalah memaknai dan menyadari bahwa kita perlu menggunakan suatu alat untuk membimbing hidup kita, dan alat itu bukanlah dengan perasaan tetapi kepercayaan. Itulah sebabnya dikatakan Habakuk 2:4b " ... tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya." Disinilah letak pentingnya mempelajari struktur tubuh, jiwa, dan roh kita, mengetahui dimana letak kepercayaan, dimana letak perasaan, dan bagaimana kita dapat memanfaatkan pengetahuan ini untuk mengalami kemenangan atas diri kita sendiri
Roma 8:6-9 6 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. 7 Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. 8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. 9 Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.
Setelah kita mengerti apa yang firman Tuhan katakan tentang keinginan daging, saya akan awali pelajaran ini dengan membagikan gambar berikut:
Kita tahu bahwa kita adalah manusia tubuh (biru), manusia jiwa (hijau), dan manusia roh (oranye). Dalam jiwa kita atau mental terdapat unsur pengetahuan dan keinginan.
Apa yang terjadi dan bagaimana proses hidup kita berinteraksi dengan dunia luar? Kita sejatinya adalah manusia roh, tetapi kita juga memiliki tubuh daging atau manusia tubuh kita. Sebagai anak Allah yang sudah ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus dan dimeteraikan oleh Roh Kudus maka di area roh kita terdapat Roh Kudus – artinya roh kita dan Roh Kudus menjadi satu. Roh Kudus termaterai dalam hati kita, di dalam roh kita.
Pertanyaannya, apa yang disebut keinginan daging? Dan yang dimaksud keinginan roh yang mana? Saya akan berikan contoh nyata supaya kita mudah memahaminya: ketika tubuh manusia kita digigit nyamuk, atau terkena api, atau tersenggol, maka tubuh akan mengirimkan signal, signal ini dikirimkan ke jiwa kita, ke pikiran kita, tubuh mengirim signal ke pikiran “saya digigit nyamuk”, “saya kena api”, “saya kena sesuatu.” Kemudian jiwa, pikiran kita merespon dengan memberikan perintah kepada tubuh lagi untuk melakukan 'TINDAKAN', artinya ketika kita terkena api, maka pikiran akan memberi perintah untuk menghindar, dan tubuh merespon dengan menghindar, atau ketika kita merasa kedinginan, maka tubuh memberi signal kepada otak, pikiran yang kemudian memberikan perintah untuk bertindak dan tubuh merespon dengan mengambil jaket atau mematikan suhu AC. Begitulah manusia beroperasi.
STIMULASI (TUBUH) > PIKIRAN (JIWA) > TINDAKAN (TUBUH)
Lalu bagaimana dengan roh kita? disinilah letak permasalahannya. Roh kita cukup pasif dalam kehidupan sehari-hari, dia pasif karena interaksi jiwa dan tubuh terlalu aktif.
Kapan sebenarnya roh manusia aktif bekerja? Ketika manusia berproses dalam hal “KEMAKNAAN” (titik merah pada gambar). Ketika manusia memperoses dalam hal “kemaknaan” maka roh itu akan mempengaruhi perasaan dan pikirkan kita. Tetapi semisal digigit nyamuk, itu tidak memberi makna apa, atau tersentuh barang panas/ api juga tidak memberikan makna apapun, atau ketika tertusuk jarum, terinjak pecahan kaca, maka tendensi tubuh akan merespon dengan spontan. Interaksi sehari-hari kita seperti menyetir, bekerja, cukup banyak yang sifatnya: 'roh pasif'.
Akibatnya, pikiran dan tubuh sangat terlatih untuk kompak sekali. Ingat! pencobaan datang dari keinginan, artinya kalau kita tidak memiliki keinginan maka tidak akan ada pencobaan, tanpa keinginan pencobaan tidak memiliki pintu untuk masuk, tetapi karena kita masih memiliki keinginan maka apapun yang ada di dunia dan apapun yang ada dipihak setan masih memiliki jalan masuk untuk mencobai kita. Ketika keinginan ini muncul, misal keinginan untuk melampiaskan hawa nafsu, keingin untuk marah, keinginan apapun itu, karena jiwa dan tubuh sudah sangat kompak, maka dari keinginan itu langsung menjadi suatu tindakan.
Tetapi kalau manusia roh kita cukup kuat dan terlatih, maka keinginan ini akan di proses dengan 'KEMAKNAAN', sehingga keinginan ini bisa di kendalikan. Itulah salah satu alasan kenapa kita berpuasa, itu gunanya berpuasa. Berpuasa adalah melatih untuk mengabaikan tubuh kita, artinya ketika tubuh kita memberikan signal lapar dan minta makan, maka dipikiran kita, kita akan berkata pada perut kita “terima kasih kamu sudah memberikan signal lapar pada saya, ya normal sudah beberapa jam sudah tidak makan, tapi saya tidak tunduk pada keinginanmu, tidak tunduk pada keinginan daging, karena saya sedang memberi makna bahwa saya mau berdoa dan puasa”
Inilah prosesnya. Ketika kita berdoa puasa, roh kita diberi kesempatan untuk mengijinkan Roh Kudus menjadi pilot, sopir untuk mengendali hidup kita, memegang kontrol dalam kehidupan kita. Seringkali kita tidak menyadari bahwa hidup kita dikendalikan dan dipiloti oleh keinginan daging. Ketika anda 'rasa' dingin, pikiran anda langsung berkata “ok, saya layani kamu, hai kaki pergi ke lemari ambil jaket.” Secara tidak langsung sebenarnya tubuh sudah memerintah dengan sangat dominan pada pikiran kita. Kita sudah sangat menyerah pada keingin daging sehari-hari. Coba anda perhatikan, hidup kita sangat dikendalikan oleh keingin daging, ketika kita mau makan, kita akan cari yang enak, ketika kita mau tidur pun kita atur AC yang nyaman, kita mau beli tiket kita cari yang enak. Bukan berarti hal-hal ini salah, tetapi sekali-kali, kita perlu bilang pada tubuh “ya kamu memang sudah sering aku izinkan untuk memerintah hidupku, tetapi aku tidak membiarkan pikiran dan perasaaanku sepenuhnya dikendalikan tubuh, aku mau melatih roh ku menjadi pilot.” Ketika kita lebih sering mengijinkan manusia roh dan Roh Kudus memerintah pikiran dan perasaan kita, maka nantinya ketika hal-hal yang tidak menyenangkan terjadi kita bisa lebih tenang/ kita bisa tetap ada dalam damai sejahtera.
Ketika Daud mengalami bencana, musibah maka matanya pasti melihat, hidungnya mencium kehangusan markasnya, telinga, dan indra perasanya semuanya menangkap hal-hal yang buruk, tentu hal ini menimbulkan gairah untuk berkata “Mari kita serbu, mari kita kejar, mari kita kalahkan!” atau justru mengasihani diri dan mempertanyakan Tuhan “Tuhan, kemana Tuhan, kan sebelum berangkat aku sudah berdoa, supaya Tuhan proteksi, tetapi ketika aku pergi berperang dan menang, malahan sarangku, markasku dimusnahkan” Daud bisa saja mengeluh, dia juga bisa dengan emosinya langsung megejar Amalek. Tetapi Daud, dia mempercayai Tuhan, dia memperkuat kepercayaannya pada Tuhan, dan dia memerintahkan orangnya untuk mengambil baju Efod, artinya dia berkonsultasi kepada Tuhan. Daud berkuasa atas dirinya, daud tidak membiarkan tubuhnya merespon, tetapi mengizinkan rohnya dan Roh Kudus mengendalikan keputusannya.
Dalam hidup kita sehari-hari, kita pasti akan menghadapi tantangan, mungkin pegawai yang tidak menyenangkan, boss yang menjengkelkan, anggota keluarga yang menimbulkan rasa duka, menimbulkan rasa sakit, itu semua mungkin terjadi di sekitar kita. Dan itu semua masuk ke dalam daging kita, itu semua masuk dalam tubuh kita sebagai sebuah stimulus untuk berkata “aduh sakit sekali”, “kata-katanya kok kejam sekali”, “tindakannya kok menyebalkan sekali.” Proses itu terjadi di jiwa kita, di perasaan dan pikiran kita. Kalau kita tidak berlatih, maka cenderung tubuh akan mengambil alih: ada yang langsung memukul orang, ada yang langsung memaki orang, ada yang langsung mukanya asam. Seperti Kain persembahannya tidak diindahkan oleh Tuhan, raut wajahnya berubah asam (Kejadian 4:5), padahal dia sedang berurusan dengan Tuhan. Hal ini terjadi karea dia tidak memiliki kemampuan untuk membiarkan dirinya dipimpin oleh manusia roh. Bersyukurlah kita umat percaya karena roh kita sudah menjadi satu dengan Roh Kudus dalam kebersamaan, maka manusia roh kita cenderung sudah terhubung dengan Roh Kudus. Dan jelas Alkitab berkata:
Matius 26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”
Itulah sebabnya penting bagi kita untul latihan “Tinggal Diam”, ”Be Still.” Selain berdoa peperangan roh, berdoa bahasa lidah, bernyanyi dan bermazmur, yang perlu kita latih adalah “be still” untuk berdiam dan tinggal tenang, kalau bisa 15 menit, kemudian ditingkatkan setangah jam. Belajar untuk tinggal tenang dan membiarkan manusia roh yang memerintah bersama Roh Kudus, melatih untuk tubuh diabaikan, tubuh diperintahkan untuk diam. Kemudian manusia roh bersama Roh Kudus, memimpin pikiran dan perasaan supaya terlatih pikiran dan perasaan kita dan tidak semata-mata distimulus oleh tubuh tapi dipimpin dan dikuasai oleh manusia roh bersama Roh Kudus.
Saya pribadi pernah mengalami pergumulan dengan diri saya ketika masih menggembalkan gereja Tuhan, di usia 41 saya menggembalakan gereja Tuhan tetapi saya masih memiliki temperamen yang buruk, saya mudah marah. Sampai-sampai, mama saya sering memarahi saya dan berkata “kamu itu! sudah tua tapi masih saja marah-marah!” Saya semakin bingung karena saya disuruh tidak marah-marah tetapi dengan cara mama saya marah pada saya. Ini semakin membuat saya tertuduh. Saya berpikir dalam diri saya “aduh, kok sama marahan saja saya kalah ya!”, “Tuhan bagaimana saya bisa punya buah roh kesabaran ya.” Saya terus mencari Tuhan dan belajar, sampai ketika saya berusia 45 saya mendapat buku pembelajaran dari gurunya John Maxwell, dan selama 4 tahun saya bertumbuh dalam karakter kesabaran.
Proses yang saya jalani masih belum memudahkan saya untuk mengajarkannya apa yang saya sudah pelajari, sampai akhirnya 4-5 tahun terakhir ini saya mulai meneliti Firman Tuhan dan melatih orang lain tentang apa yang saya pelajari. Sekarang, puji Tuhan, banyak teman yang sudah saya latih, yang mengalami kecemasan sudah lebih bisa tenang, yang temperamental, sudah lebih bisa diam dan menguasai emosinya, yang biasanya dikuasai oleh rasa (rasa letaknya di tubuh, misal merasa merinding, takut, ketika anda kaget anda deg-degan, itu semua di tubuh), sudah bisa mengizinkan rohnya untuk menguasai hidupnya.
Jangan biarkan tubuh menjadi pemimpin sepenuhnya dalam hidup kita, bahkan justru kita harus eliminasi, sesedikit mungkin dia memimpin kehidupan kita. Kita masih tetap membutuhkan tubuh kita, ketika kita terkena api kita harus terima signalnya dan tarik tangan kita dari hal yang membahayakan. Tetapi kita tidak mau seluruh hidup kita, dikendalikan/ dipiloti oleh tubuh kita tetapi kita mau manusia roh kita dilatih, itulah sebabnya firman Tuhan berkata:
1 Timotius 4:8 Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.
(AMP) For physical training is of some value (useful for a little), but godliness (spiritual training) is useful {and} of value in everything {and} in every way, for it holds promise for the present life and also for the life which is to come.
(MSG) Workouts in the gymnasium are useful, but a disciplined life in God is far more so, making you fit both today and forever.
(Deibler) Some people say, “It helps us in some ways if we exercise our bodies.” But I say that people benefit very much if they live …in a godly way/in a way that pleases God, because if people live in a godly way, that will benefit them both while they live now and when they live in the future life in heaven.
Paulus berkata bahwa latihan tubuh itu sedikit gunanya, tetapi beribadah itu baik gunanya. Beribadah disini banyak diartikan datang ke gereja, ikut acara gereja, ikut acara ritual, saya tidak berkata bahwa hal-hal tersebut salah tetapi esensi sebenarnya adalah melatih manusia roh. Beberapa terjemahan bahasa Inggris mengartikannya “godliness” (=keilahian, hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan). Anda pergi ke gereja, anda ikut kegiatan gereja sangatlah bagus, jauh lebih baik dibandingkan anda pergi ke diskotek, night club, bahkan tidur di gerejapun jauh lebih baik daripada tidur di tempat mesum. Tetapi kalau anda hanya sebatas itu, saya takut kalau anda akan kecewa karena anda bisa berpikir "sudah lama di gereja tapi tidak jadi apa-apa." Kita perlu tidak hanya hadir di gereja tetapi melatih manusia roh kita. Melatih godliness, manusia roh kita bersama Roh Kudus, kita izinkan dia aktif. Ini saya sebut dengan mengaktifasi manusia roh kita yang sudah lahir baru bersama Roh Kudus, tidak cukup dengan berbahasa lidah tetapi juag berlatih untuk tinggal tenang.
Mazmur 46:11a ”Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!...”
Yesaya 7:4a “dan katakanlah kepadanya: Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut…”
Yesaya 30:15a Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: ”Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.” …
Bagaimana caranya untuk tidak takut, untuk tidak kecut? Hanya dengan tinggal tenang. Saya pribadi senang dengan pujian penyembahan, dengan lompat-lompat dan saya lakukan itu. Saya juga percaya dengan bahasa lidah, saya melakukan itu juga. Tetapi selama 20 tahun menjadi orang kristen saya tidak pernah diajar untuk tinggal tenang, be still. Dan ketika saya pelajari dan praktikkan, saya rasakan banyak menfaatnya. Bagaiman saya membersihkan memori-memori yang negatif dari pengalaman yang lama, dari gambaran perzinahan yang lama, dan dari kebencian-kebencian yang terrekam di tubuh.
Perhatikan bahwa pikiran bawah sadar itu ternyata ada di tubuh, hal ini dikarenakan oleh tubuh kita yang penuh dengan syaraf-syaraf, kenangan-kenangan masa lalu ternyata bukan hanya di simpan dan terrekam di kepala, tetapi terrekam di tubuh, contoh ketika anda terbiasa main gitar dan piano, jari anda dapat jalan dengan sendirinya, ketika kita mengemudi, itu hal-hal yang tidak membutuhkan pikir lagi, itu memori-memori yang terrekam di tubuh. Bahkan ada yang sangat terbiasa dan dapat mengetik dengan lancar.
Kalau yang direkam bagus, jangan dihilangkan, tetapi kalau yang direkam adalah sakit hati, trauma, kenajisan, ketagihan-ketagihan tertentu, kalau dia ada di tubuh kita, dia mempersulit kita untuk mengiring Tuhan, misal ketika saya berdoa, tapi karena memori di tubuh masih ada saya jadi ingat peristiwa-peristiwa yang saya lakukan, saya sudah tengking, saya doa, tidak bisa hilang, karena memori nya masih ada di dalam tubuh saya. dengan "be still" dan proses Tuhan, saya berhasil menghilangkan efek dari rekama-rekaman itu tersebut.
Matius 26:41a "Berjaga-jagalah dan berdoalah,..." Kata berjaga-jagalah, sempat membuat saya bingung, apa yang dimaksud dengan berjaga-jaga, apa iya saya harus selalu terjaga, tetapi saya kan bukan security. Ternyata berjaga-jaga ini bukan masalah hanya membuka mata saja, tetapi masalah “Be still”, “Diam”, “Tenang.” Kata berjaga-jaga ini juga bisa dimaknai dengan “Berkesadaran.” Sama halnya ketika Alkitab berkata “Jangan mabuk” ini maksudnya bukan hanya tentang mabuk karena alkohol, tetapi kita berkesadaran, karena ternyata banyak orang Kristen yang tidak suka alkohol tetapi juga tidak memiliki kesadaran dan membiarkan hidupnya dipimpin oleh keinginan tubuh. Yang dimaksud dengan keinginan tubuh jangan hanya anda artikan sebagai narkoba, sex, melainkan keingin tubuh ini bisa saja sesuatu yang nampaknya normal, misalnya keinginan untuk makan enak, keinginan untuk hidup enak, keinginan untuk hidup senang – bukan berarti hal-hal tersebut tidak boleh, tetapi kecenderungan kita, ketika kita tidak mendapat makan enak kita langsung ngomel, akhirnya ini menjadi masalah, akhirnya keinginan-keinginan itu manjadi akar permasalah. Tidak ada salahnya kalau kita selalu menginginkan kamar selalu bersih, tetapi kalau kotor sedikit dan kita mulai marah-marah itu artinya kita kalah dengan hal tersebut.
Daud dapat betul-betul tenang bukanlah hasil dari latihan satu atau dua hari, dia sudah melatih dirinya sejak dari masa mudanya. Ketika dia menggembalakan domba berjumpa dengan singa dan beruang, Daud tidak nangis duluan, tetapi Daud bisa tenang di dalam Tuhan dan saya percaya kalau daud bisa mengalahkan singa itu sudah pun pasti bukanlah kekuatan daud, itu adalah kekuatan Tuhan. Daud memiliki ketenangan untuk menghadapi singa dan beruang dan inilah yang harus kita latih dan miliki.
Bnayak juga orang kristan yang mengaku bahwa Yesus adalah sumber damai sejahtera tetapi hatinya tidak penuh dengan damai, bahkan masih penuh dengan kegelisahan. Saya juga jumpai orang-orang Kristen yang banyak berdoa tetapi masih dikuasai oleh kekuatiran. Praktikkan hal ini, latih hal ini. Karena hal ini tidak dapat terjadi dengan tumpang tangan, atau hanya dengan datang ke gereja. Yang kita perlukan adalah dengan berkesadaran.
Saya latih diri saya dengan berdiam dari 5 menit, meningkat menjadi 10 menit, dan rata-rata sekarang saya bisa berdiam hingga 30 menit. Duduk, diam, dan tenang, dan memfokuskan, merenungkan firman Tuhan. Anda bisa pilih ayat-ayat Firman Tuhan yang anda butuhkan contohnya “Tuhan adalah Gembalaku, tak kan kekurangan aku!” kemudian renungkan hal ini, atau ayat yang lain ketika Yesus berkata “ingatlah akan Daku” saya renungkan firman itu, saya latih manusia roh saya dan mengizinkan Roh Kudus mengendalikan pikiran dan perasaan saya.
Memang inilah bukanlah sesuatu yang mudah karena pikiran kita sangat liar, ditengah-tengah ketenangan dan diam tiba-tiba bisa teringat belum bayar STNK, atau ingat tagihan RT yang belum bayar, otak dan pikiran ini sangat liar kalau kita tidak latih. Olehnya kita sangat perlu untuk melatih pikiran kita, terkendali oleh Roh Kudus dan roh kita sehingga pikiran dan perasaan bisa kita pegang, sehingga perasaan dan pikiran kita bisa kita kontrol, dan ketika kita bisa tinggal tenang, kita bisa menguasai diri kita maka kita dapat berdoa dan menerima jawaban-jawaban doa. Kita hidup dari satu kemenangan pada kemenangan yang lain, dari satu kemuliaan kepada kemuliaan yang lebih lagi.