Ketika kita hendak berdoa, kita dapat melakukannya dengan terarah dan strategis apabila kita mengerti dimensi – dimensi dimana kita menjumpai Tuhan.
Kita menghadap Tuhan sebagai anak kepada Bapanya. Dalam dimensi ini kita membawa kebutuhan pribadi kita kepada Tuhan.
Lukas 11:2 (TB) Jawab Yesus kepada mereka: ”Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. 3Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya 4dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”
Disini jelas sekali Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk menghampiri Tuhan sebagai Bapa, dan dalam konteks ini maka sangat wajar untuk kita meminta keapdaNya apa yang menjadi kebutuhan kita. Disini kita dapat meminta pegampunan kepada Bapa kita, sama halnya seorang anak yang berbuat kesalahan dan datang kepada orangtuanya untuk meminta maaf.
Itulah sebabnya ketika kita sadar bahwa kita dalam keadaan berdosa, sangatlah tepat bagi kita untuk menghampiri Tuhan sebagai Bapa kita. Ini adalah dimensi dimana kita dapat meminta pengampunan karena identitas kita sebagai Anak Tuhan tidak akan terhapus berapa kalipun kita berbuat salah.
Dalam dimensi ini, kita mendatangi Tuhan untuk kepentingan orang lain, ini adalah posisi dimana kita bersyafaat bagi orang lain kepada Tuhan. Kita membawa permasalahan orang lain di hadapan Tuhan untuk kepentingan orang tersebut.
Lukas 11:5-8 (TB) Lalu kata-Nya kepada mereka: ”Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, 6sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; 7masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. 8Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.
Kisah yang paling mudah untuk menggambarkan dimensi ini adalah ketika Abraham berdoa bagi Lot mengenai keadaan kota Sodom dan Gomora. Kita dapat mempelajari ini dalam Kejadian.18:16-33. Singkat kisah, Tuhan memberitahu Abraham rencanaNya untuk membumi-hanguskan Sodom dan Gomora, Abraham meresponi dengan bernegosiasi untuk keponakannya, Lot, yang saat itu ada di kota tersebut.
Ketika Abraham berdoa bagi Lot, dia menyadari bahwa dia tidak dapat berbuat apa – apa untuk Lot, tetapi dia tahu bahwa dia memiliki sahabat yang dapat melakukan sesuatu, dan dia meminta sahabatanya itu yaitu Tuhan untuk melakukan sesuatu bagi kota tersebut demi kepentingan Lot, keponakannya. Dalam hal ini Tuhan tidak lagi melihat Lot-nya, tetapi Tuhan memperhitungkan hubungannya dengan Abraham karena Abraham adalah sahabat Allah.
Ini sama halnya ketika anda meminta didoakan oleh papa rohani anda, atau hamba Tuhan lainnya, anda meminta doa karena anda tahu bahwa mereka memiliki kedekatan yang berbeda dengan anda dan anda tahu bahwa Tuhan mengabulkan doa mereka bukan karena anda, tetapi karena hubungan Tuhan dengan hamba Tuhan tersebut. Olehnya hargailah dan hormatilah orang – orang yang berdoa bagi anda, jangan meremehkan keberadaan mereka karena anda tidak pernah tahu berapa kali Tuhan meluputkan anda dari yang buruk karena doa – doa mereka.
Kapan kita perlu menghampiri Tuhan sebagai seorang Hakim? Ketika ada dakwaan iblis yang di lontarkannya atas kehidupan kita, permasalahannya:
Wahyu 12:10 (TB) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ”Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.
Kita tahu dari ayat tersebut bahwa iblis tidak pernah berhenti mendakwa kehidupan kita siang dan malam, inilah yang menjadi alasan mengapa janji Tuhan yang diberikanNya atas hidup kita tidak kunjung terjadi dalam kehidupan kita. Dakwaan inilah yang membuat kita tidak dapat meng-akses apa yang menjadi hak kita. Dakwaan tersebut harus dibatalkan supaya Tuhan sebagai hakim yang adil dapat membuat keputusan yang menguntungkan kita. -- Ketahui dan sadarilah bahwa Tuhan sebagai hakim yang adil dan penuh kasih, selalu ingin membuat keputusan yang menguntungkan anda.
1 Petrus 5:8 (TB) Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
1 Peter 5:8 (TPT) Be well balanced and always alert, because your enemy, the devil, roams around incessantly, like a roaring lion looking for its prey to devour.
Iblis (Antidicos) dalam bahasa aslinya berarti pendakwa dalam pengadilan, tidak henti – hentinya melontarkan dakwaan atas kehidupan kita, dalam terjemahan TPT kita mengerti kunci untuk tidak lagi di dakwa oleh di Iblis yang itu dengan menjaga keseimbangan jiwa kita.
Dalam pengadilan dunia, kasus hanya bida didakwakan apabila ada subjek – pelaku pelanggaran, dan ada batas – batasan yang membuat seseorang masuk dalam kategori ini. Kedua, delik – perbuatan yang dilakuakn seseorang yang melanggar hukum, ini bukan masalah baik dan buruk, tetapi masalah hukum yang tertulis. Itulah sebutnya alkitab menyebut bahwa
1 Korintus 15:56 (TB) Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.
Tanpa hukum, maka seseorang tidak dapat didakwa. Dimata hakim, dia tidak dapat memutuskan suatu perkara berdasarkan baik buruknya sesuatu, ataupun hati nuraninya, tetapi semuanya tergantung dari undang – undang atau hukum yang berlaku. Artinya hukum adalah sesuatu yang objektif, dia adil dan tidak berdasarkan subjeknya.
Pertanyaannya; HUKUM APA YANG BERLAKU? Hukum apa yang berlaku dalam sebuah pengadilan surga.
Roma 6:14 (TB) Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.
Kita di sodorkan dua pilihan, kita diberi kebebasan memilih untuk berada di bawah Hukum Taurat atau Hukum Kasih Karunia, kita harus memilih salah satu karena kedua hukum tersebut “bertentangan” Anda tidak dapat berada di bawah Hukum Taurat dan Hukum Kasih Karunia di saat yang bersamaan.
Pertanyaannya bagaimana cara kita memilih?
Galatia 5:4 (TB) Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia
Secara sederhana, kalau anda memilih untuk berada di bawah Hukum Taurat, maka secara otomatis berada di luar Hukum Kasih Karunia.
Roma 8:3 (TB) Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging
Roma 3:23-26 (TB) 23Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah 24 dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. 25Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. 26Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus
Kenapa kita harus memilih? Karena tidak ada seorang yang dibenarkan dalam hukum Taurat, bahkan jelas dituliskan bahwa kita dibenarkan hanya melalui satu cara, yaitu Penebusan dalam Kristus Yesus. Tuntutan yang ada harus digenapi, tetapi karena tidak ada seorang yang berbuat benar maka harus Allah sendiri yang menggenapi tuntutan itu dalam Yesus Kristus. Sehingga di kacamata hukum, yang dilihat bukanlah perbuatan kita lagi, tetapi penggenapan yang Yesus Kristus telah buat bagi kita, dan kita dibenarkan dengan itu. PerbuatanNya telah memenuhi dan menggenapi seluruh Hukum Taurat. Tetapi sebaliknya kalau kita memilih Hukum Taurat maka yang dilihat adalah perbuatan kita.
Sekarang ketika kita sudah hidup dalam kasih karunia maka apa yang harus kita lakukan? Kita harus menjadi Hamba Kebenaran.
Roma 6:15-23 (TB) Dua macam perhambaan 15Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! 16Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran? 17Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. 18Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran. 19Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan. 20Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. 21Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian. 22Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. 23Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Yesus sendiri berkata bahwa Iman tanpa perbuatan adalah mati, ini sama halnya ketika kita memilih untuk hidup dalam kasih karunia tetapi perbuatan kita tidak menggambarkan kasih karunia itu artinya kita mati. Dan jelas sekali di ayat 21 bahwa buahnya adalah kepada pengudusan, bukan kekudusan, artinya kita terus di proses dalam kekudusan. Buahnya bukanlah kekudusan, tetapi proses pengudusan.
Yakobus 3:18 (TB) Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.
Kebenaran adalah buahnya, dan damai sejahtera adalah benihnya. Kebenarana adalah akibat, dan penyebabnya adalah damai sejahtera. Kita seringkali fokus pada kebenaran, padahal yang seharusnya kita tabur adalah benih yang benar. Damai Sejahtera-lah yang harus kita tabur.
Filipi 4:7 (TB) Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
Tanpa damai Sejahtera Allah yang memelihara kita, kita tidak akan bisa hidup benar. Kita membutuhkan damai sejatera itu untuk menjaga hati dan peikiran kita.
Bukti bahwa kita menundukkan diri pada kasih karunia:
Yakobus 2:12-13 (TB) 12Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang. 13Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman.
Hukum kasih karunia barulah berlaku dalam kehidupan kita, ketika kita menghidupi kasih karunia. Tanpa menghidupi kasih karunia, maka hukum kasih karunia tidak berlaku bagi kehidupan kita. dan cara untuk memilihi hukum tersebut adalah dengan menghidupinya karena perbuatan kita menjadi alat bukti bahwa kita hidupa dalalm kasih karunia. Ketika kita menghidup ini maka semua dakwaan yang iblis lontarkan kepada kita atas hukum taurat secara otomatis terbatalkan. Hiduplah dalam Kasih Karunia.
Lukas 6:38 (TB) Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”